Rahim Pengganti

Bab 151 "Ditinggal Tugas Luar"



Bab 151 "Ditinggal Tugas Luar"

0Bab 151     
0

Ditinggal Tugas Luar     

"Bagus itulah yang bapak inginkan selama ini, kamu harus bertugas dengan baik. Ingat ada istri yang menjadi tanggung jawab kamu," balas bapak Joyo. Daffa menganggukan kepalanya, melihat hal itu membuat hati Gina menghangat.     

"Kalian kapan bulan madu?"     

Pertanyaan tersebut membuat Daffa dan Gina saling menoleh satu dengan lainnya, kedua nya bingung harus menjawab apa dari pertanyaan yang ditanyakan ibu Sri.     

Gina dan Daffa hanya bisa tersenyum, kedua nya tidak tahu harus menjawab seperti apa yang ditanyakan oleh kedua orang tua mereka.     

"Kalian kalau emang mau bulan madu, bilang aja. Nanti biar bapak yang minta izin sama kantor," ucap pak Joyo.     

"Nanti saja pak, Gina juga masih harus banyak yang diselesaikan di kampus. Kalau udah siap semua nya, nanti baru kita pikirkan mau pergi ke mana," jawab Daffa.     

"Tapi jangan lama lama ya. Kalian berdua harus liburan, biar cucu bapak sama ibu, segera jadi," balas pak Joyo.     

"Benar apa yang di bilang bapak. Ibu dan bapak udah gak sabar untuk bisa gendong cucu."     

Pipi Gina seketika bersemu merah, rasanya saat ini dirinya begitu malu. Dengan pembahasan yang dilakukan oleh kedua orang tua Daffa. Obrolan mereka berlanjut, banyak hal yang diceritakan oleh ibu Sri terlebih apa saja yang Daffa lakukan saat masih kecil. Mendengar hal itu membuat Gina begitu semangat, wanita itu terus menyimak setia kata yang dilontarkan oleh sang mertua sedangkan Daffa hanya memasang wajah cemberut.     

Pukul 21.00 mereka berdua pamit untuk pulang, ibu Sri menolak meminta anak dan menantunya itu untuk tinggal dan menginap di sana, namun Daffa tidak bisa besok mereka akan ada kegiatan di batalyon bulan hanya Daffa tapi Gina juga akan ikut, untunglah besok Gina tidak ada jam kuliah jadi masih bisa ikut tanpa dirinya harus izin dengan pihak kampus.     

"Besok acaranya wajib Mas?" tanya Gina. Sungguh ini adalah acara pertama bagi dirinya, dan acara ini juga sebagai perkenalan Gina sebagai seorang istri seorang tentara, sungguh Gina sangat bingung besok dirinya harus bersikap seperti apa, dirinya hanya takut jika ada sesuatu hal yang terjadi.     

"Wajib dong. Besok itu acaranya banyak salah satunya acara mengenal kamu sebagai istri prajurit. Mengubah status kamu, apalagi kamu juga harus mulai aktif dalam kesatuan yang harus diikuti bersama dengan ibu Dangki," balas Daffa.     

Gina menarik nafasnya panjang, wanita itu sedikit ragu dengan apa yang terjadi bukan karena Gina tidak bisa bersosialisasi tapi karena Gina takut ada hal yang salah akan dirinya dan hal itu bisa membuat suaminya bermasalah. Gina pernah membaca beberapa artikel dan juga cerita di beberapa novel lainnya, jika istri seorang tentara melakukan kesalahan maka suami nya juga akan di hukum.     

Membayangkan hal seperti itu saja sudah membuat Gina tidak mampu, rasanya dia ingin kabur dan pergi menjauh, tapi tidak mungkin karena hal ini harus dia lakukan sebagai seorang istri.     

"Kenapa? Kamu takut?" tanya Daffa.     

Dengan polosnya Gina menganggukan kepalanya, melihat hal itu membuat Daffa tersenyum dan mengambil tangan sang istri diusapnya Gina dengan begitu lembut. "Tidak ada yang perlu kamu takutkan, semua nya hanya pertemuan biasa. Tenang saja ya," ucap Daffa. Hal seperti ini, yang paling di sukai oleh Gina, suaminya itu selalu saja bisa membuat diri nya tenang dan bahagia. Hal yang belum tentu diri nya dapatkan jika bukan menikah dengan, Daffa suaminya yang dirinya kira akan dingin seperti es batu.     

Sebelum pulang ke rumah, Daffa mampir lebih dulu ke salah satu rumah Kakak senior nya, dan hal itu membuat Gina tidak tahu harus bersikap seperti apa. Wanita itu hanya diam di samping sang suami, kedua nya lalu melangkah menuju pintu rumah tersebut.     

"Assalamualaikum," ucap Daffa.     

Tak lama seseorang di dalam sana, membuka pintu tersebut. Seorang wanita yang begitu cantik membukakan pintu tersebut.     

"Masuk dek. Mas Irfan sedang di belakang," ucap wanita tersebut. Daffa menganggukkan kepalanya, pria itu lalu mengajak sang istri untuk masuk ke dalam rumah, hal yang pertama kali Gina lihat di rumah ini adalah kondisi yang begitu nyaman. Nuansa yang sangat pas dan cocok untuk segala aspek, dan hal itu membuat Gina senang berada di sini.     

"Maaf ya, sudah menunggu lama?" tanya seorang pria yang tak lain adalah Irfan, bersama dengan istrinya yang membawa nampan berisikan air teh. "Silakan diminum ya dek Daffa," ucap wanita tersebut. Suaranya yang begitu lembut siapa saja yang mengenal akan langsung menyukai wanita itu, begitu juga dengan Gina.     

Daffa dan juga Ifran beranjak dari tempat tersebut, keduanya seperti sedang membicarakan sesuatu hal itu membuat Gina menjadi duduk sendirian.     

"Kamu udah semester berapa dek?" tanya wanita tersebut.     

"Masuk semester 7 mbak …,"     

"Panggil aja mbak Bintang," potongnya.     

Gina dan Bintang saling, bercerita ternyata saat menikah dengan Ifran Bintang juga sama Gina yang masih menyandang status sebagai mahasiswi bahkan saat itu dirinya masih ada di semester awal dan hal itu benar benar membuat Bintang kesulitan apalagi saat tiga bulan pernikahan mereka ternyata cepat dikaruniai seorang anak.     

"Itu ngurusnya gimana sih mbak? Suami, anak, rumah, dan kerjaan kampus?" tanya Gina. Sungguh, Gina tidak tahu harus berbuat seperti apa jika hal seperti ini, terjadi pada dirinya. Dan Gina tidak tahu apakah dirinya bisa melakukan hal tersebut atau tidak nantinya jika semuanya terjadi sekaligus seperti yang terjadi pada Bintang. "Semua mudah, karena mas Ifran juga berperan aktif. Kami bagi tugas dan hal itu juga bisa kamu lakukan dek. Sekarang belum isi kan?" tanya mbak Bintang.     

"Belum mbak," jawab Gina dengan malu-malu.     

"Tapi udah kan?" tanya Bintang lagi. Gina bingung dengan apa yang diucapkan oleh Bintang, wanita di depan Gina saat ini menatap ke arah dirinya. "Kamu pasti bingung, kan. Mbak juga menikah dengan mas Irfan karena perjodohan satu bulan kami menikah. Mbak nggak mau di sentuh oleh mas Irfan, alasannya karena belum merasakan cinta padahal hal itu tidak diperbolehkan dalam agama. Kita sebagai istri harus bisa melayani suami, baik secara lahir dan batin begitu juga suami kita. Mbak tidak mau menjudge, yang jelas lakukan jika kamu siap. Jangan sampai membuat kalian menyesal, banyak setan di luar sana yang bisa saja menggoda iman seseorang," ucap mbak Bintang. Gina terdiam, wanita itu mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Bintang tentang maksudnya.     

Keduanya saling bercerita satu dengan lainnya hingga tanpa sadar suami mereka sudah selesai dengan urusan mereka. Daffa lalu mengajak Gina untuk pulang, sepanjang perjalanan Gina tak pernah berhenti bercerita tentang Bintang yang begitu baik dan juga ramah.     

***     

Gina terbangun dari tidurnya, wanita itu sudah bersiap dengan seragam Persit nya, hari ini Gina dan Daffa akan tampil untuk pertama kali sebagai suami istri di depan banyak anggota dan juga senior dari suami nya itu. Rasa nya saat ini, Gina ingin menjerit. Karena jantung yang berdetak dengan sangat kencang, seperti akan lepas karena rasa gugup yang begitu dalam.     

"Tangan kamu dingin banget," ucap Daffa pria itu sangat kaget, ketika memegang tangan istri nya yang sangat dingin, Gina hanya menatap ke arah suami nya. Wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa yang jelas saat ini Gina ingin pergi jauh rasanya. "Aku deg deg an banget Mas." Daffa tersenyum, saat seperti ini istri nya itu terlihat begitu menggemaskan rasanya Daffa tidak mau pergi jika Gina bersikap seperti ini, lucu ya itulah yang di lihat oleh Daffa di situasi yang seperti ini.     

Keduanya lalu berpisah saat masuk ke dalam ruangan di dalam sana, Gina banyak bertemu dengan beberapa orang yang menyukai diri nya atau berbisik tentang diri nya juga. Dan hal yang membuat Gina kaget, ternyata di acara ini bukan hanya orang yang tinggal di batalyon tapi juga di luar, mata Gina bertemu dengan mata sang mertua.     

Ibu Sri lalu mendekati menantunya itu, kedua nya menggunakan seragam yang sama, hanya beberapa lencana saja yang membedakan. Seketika orang orang yang berbisik tentang Gina, langsung berubah menjadi baik karena sang mertua datang mendekati diri nya.     

Acara demi acara berjalan dengan lancar, hal yang begitu di takutin oleh Gina nyata nya tidak benar benar terjadi, wanita itu bahkan sudah akrab dengan beberapa istri anggota lain nya yang ternyata satu kelompok dengan Gina di batalyon. Hal itu membuat Gina semakin nyaman dengan pertemuan hari ini, diri nya juga baru tahu jika sang mertua adalah pengurus inti pantas saja beberapa ibu ibu yang menata nya tadi sinis berubah menjadi ramah karena tahu latar belakang dirinya.     

"Ibu dan bapak mampir ya, Gina masak gulai ikan sedap kesukaan kalian," ucap Gina. Wanita itu sengaja memasak makanan kesukan kedua mertua nya, hal itu terjadi karena Daffa memberitahu kemungkinan kedua orang tua nya akan datang dalam acara tersebut, dan Gina tidak sampai berpikir jika datang nya kedua orang tua nya itu karena hal penting seperti hal ini.     

"Kalau bapak sih oke, kapan lagi ya kan mencoba masakan menantu kesayangan," ujar pak Joyo. Gina tersenyum, kedua mertua nya memang terbaik dalam segala hal terutama tentang giat mereka hari ini. "Ya sudah ayo, ibu juga gak bakalan nolak kok. Orang masakan menantu kita itu top banget pak," sambung ibu Sri. Keempat orang tersebut berjalan menuju rumah dinas Daffa. Gina sudah meminta sang suami untuk mengambil mobil agar bisa menjemput kedua orang tua mereka namun, pak Joyo dan Ibu Sri menolak.     

Sikap sederhana yang selalu dilakukan oleh kedua nya membuat rasa kagum di dalam hati Gina begitu besar. "Ini jalan nya dekat, buat apa ngambil mobil. Ayo jalan saja, bapak juga sudah lama nggak jalan di sini," ujar pak Joyo. Daffa dan Gina mengikuti apa yang diucapkan oleh sang ayah. Mereka berjalan jalan, beberapa orang menegur dan menyapa mereka semua. Hal ini juga dilakukan oleh kedua nya supaya mereka semua yang ada di rumah dinas tahu apa dan bagaimana posisi Gina.     

Sejujurnya Ibu Sri sudah menduga, jika hal seperti ini akan terjadi. Menantu nya digunjingkan karena tidak cocok menjadi seorang Persit dan banyak hal lain nya. Ibu Sri sudah menugaskan beberapa anggotanya yang ada di sana untuk mengawasi Gina, bukan karena dirinya tidak percaya dengan sang menantu tapi karena tidak ingin membuat menantu nya menjadi, tertekan dengan keadaan yang tidak baik.     

Tapi nyata nya tidak, Gina bisa dengan sangat cepat bersosialisasi dengan orang orang di sekitar, saat baru seminggu mereka berada di rumah dinas.     

"Assalamualaikum. Silakan ibu dan bapak masuk, maaf jika rumah nya tidak nyaman," ucap Gina.     

"Rumah adalah tempat di mana suami dan istri bersama, dan kenyamanan terjadi karena ada nya rasa damai. Bapak merasakan hal itu di dalam rumah kalian, rumah yang sangat damai dan sejuk, membuat bapak menjadi betah berlama lama di sini," balas pak Joyo.     

"Bapak dan ibu duduk dulu, Gina ke dapur bikin teh," ucap nya. Kedua mertua nya menganggukan kepala nya, mereka sangat sangat bahagia dengan kehidupan Daffa yang lebih baik. "Pilihan ibu, tidak pernah salah toh pak. Gina memang menantu terbaik," ucap ibu Sri.     

"Benar Bu. Menantu yang luar biasa, semoga kita cepat dapat cucu ya Bu. Bapak sudah sangat iri dengan para teman lainnya yang sudah gendong cucu."     

"Doakan segera ya pak Bu," jawab Gina. Mendengar hal itu, membuat Daffa yang duduk di dekat kedua orang tua nya segera menatap ke arah istrinya. "Pasti nak, bapak dan ibu akan mendoakan semua yang terbaik untuk kalian," jawab ibu Sri.     

Gina tersenyum, Daffa masih menatap tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh sang istri. Mereka lalu berbincang sesaat, setelah itu Gina langsung menyiapkan makan siang untuk kedua orang tua nya. Saat pertemuan tadi ada pembagian nasi kotak namun, ibu Sri dan pak Joyo menolak hal itu, dan ternyata hal seperti itu selalu terjadi. Gina sempat bingung, tapi setelah sang suami mengatakan kenapa bisa, membuat Gina jadi tahu alasan yang sebenarnya.     

***     

Malam hari nya, setelah kedua orang tua Daffa pulang, pria itu lalu mengajak istri nya untuk berbicara bersama, hal itu membuat Gina bingung dengan sikap suaminya.     

"Kenapa Mas?" tanya Gina.     

"Kamu yang kenapa. Tidak biasanya hari ini, ada sesuatu hal yang mengganjal?" tanya Daffa. Gina tersenyum, wanita itu mengerti dengan maksud sang suami kenapa Daffa bisa bersikap seperti saat ini. Gina lalu duduk mendekat ke arah suaminya, wanita itu menatap Daffa dengan begitu intens, dan mulai mengecup pipi sang suami, tingkah laku Gina yang nakal seperti saat ini membuat Daffa semakin tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini, apa lagi istrinya yang begitu berbeda.     

Pagi hari yang sangat indah, Guna masih tidur dengan sangat lelap. Semalam hal yang selama ini diinginkan terjadi, keduanya melewati malam pertama mereka setelah satu bulan menikah sama seperti Bintang dan Irfan sebelum nya, dan saat ini Daffa masih memandangi sang istri, rasa nya diri nya tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi semalam.     

Daffa menjadi orang yang pertama bagi istri nya, da begitu juga sebaliknya. Mengingat hal itu saja sudah membuat Daffa bahagia di kecup nya kedua mata milik sang istri, bahagia sangat Daffa begitu bahagia. Mendapatkan perlakuan dari sang suami, membuat Gina membuka mata nya.     

Senyum manis di wajah Daffa membuat pagi Gina begitu berwarna, wanita itu mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Wanita itu memutuskan untuk memberikan segalanya kepada suami nya, yang sudah menjadi tugas nya sebagai seorang istri.     

"Morning," ucap Daffa. Pria itu tak henti henti nah, mengecup dahi sang istri saat ini Gina masih berada dalam pelukan dirinya.     

"Morning too mas," jawab Gina. Kedua nya saling menatap senyum di bibir Daffa tidak pernah luntur hal itu membuat Gina begitu bahagia. Hingga kedua bibir mereka saling menyatu, saling memberikan hisapan hingga Daffa kembali berada di atas Gina.     

Kedua nya mengulang kembali, apa yang sudah terjadi semalam. Rasa candu, ini membuat mereka begitu menikmati setiap kegiatan yang terjadi, suara desahan penuh nikmat terdengar dengan sangat jelas. Gina memberikan apa yang selama ini diri nya jaga untuk sang suami, karena Gina tahu suami nya harus berangkat dinas keluar kota menjalankan tugas sebagai seorang abdi negara.     

"Maashh," desah Gina. Daffa terus menyatukan milik kedua nya dengan sempurna hingga rasa yang di dapat kan oleh mereka sangat fantastis. Bukan hanya Gina tapi Daffa juga menikmati pergulatan pagi yang begitu dalam. Keringat sudah mengalir dengan sangat deras, AC yang ada di dalam ruangan ini juga tidak terasa lagi. Kedua nya saling memberikan kenikmatan dan kenyaman satu dengan lainnya. Bahkan, berulang kali Gina mencapai puncak mereka bersama sama.     

***     

Kegiatan tersebut baru selesai pukul 11.00 siang, hal itu juga terjadi karena Gina yang sudah sangat lapar. Suami nya itu benar benar menggempur diri nya habis habisan, dan hal itu membuat tubuh Gina begitu lelah.     

"Barang apa aja yang harus kamu bawa Mas?" tanya Gina. Besok adalah waktu, di mana Daffa harus berangkat dan hal itu membuat kedua nya harus berpisah beberapa waktu. "Nggak usah banyak banyak sayang, hanya beberapa pasang baju saja, selebihnya bawakan beberapa seragam saja," ucap Daffa. Gina menganggukkan kepala nya. Mereka melanjutkan makan pagi dan siang secara bersamaan.     

Setelah selesai makan, Daffa membantu istri nya membersihkan rumah apa lagi saat melihat Gina yang jalannya susah. Daffa juga meminta maaf, mengenai hal itu dan Gina selalu memberikan ketenangan untuk suami nya itu. "Mas aku gak apa apa, ini hal biasa bagi wanita yang baru pertama kali melakukannya kamu, gak usah bersikap seperti ini," ujar Gina. Meskipun Gina terus mengatakan bahwa diri nya baik baik saja, tetap Daffa merasa ada tidak enak dengan istri nya itu dan hal itu menimbulkan tawa buat Gina.     

Gina hanya bisa geleng geleng kepala terhadap tingkah laku suami nya, wanita itu lalu meninggalkan suami nya yang masih berada di dapur. Sedangkan diri nya harus segera menyiapkan beberapa barang yang harus di bawa oleh Daffa. Sebagai seorang istri yang di tinggal oleh, suami nah bertugas membuat perasaan Gina menjadi melow namun, wanita itu tetap harus menjalankan tugas nya sebagai istri yang baik.     

Beberapa kali Gina juga bertanya dan bercerita tentang banyak hal dengan Bintang, berbagai cerita sebagai istri seorang prajurit itu seperti apa, bagaimana manis, pahit, dan sedihnya.     

Sehingga kepergian Daffa sebagai seorang prajurit yang bertugas membuat Gina harus sabar dalam melakukan banyak hal.     

Detik berubah menjadi menit, menit juga berubah menjadi jam hingga akhir nya hari di mana Daffa akan berangkat tiba semua keperluan sang suami sudah disiapkan oleh Gina. Tidak ada air mata, saat ini Gina melepaskan sang suami untuk bertugas dengan perasaan yang luar biasa.     

"Kamu kok gak nangis sih yang," ucap Daffa. Gina menatap ke arah suami nya itu, bagaimana bisa Daffa bertanya seperti itu kepada dirinya. "Emang kenapa aku harus nangis sih Mas," ucap Gina yang bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh suaminya.     

"Tuh lihat istri lain menangis karena mengantarkan suaminya pergi, kamu kok nggak sih yang," ucapnya. Mendengar hal itu membuat Gina tertawa, sungguh pria itu sangat lucu sekali. Bohong jika Gina tidak sedih kepergian tugas sang suami, tapi dirinya tidak mau menjadi penghalang. Gina tahu konsekuensi sebagai istri dari seorang prajurit harus siap untuk ditinggalkan demi menjaga pertahanan dan hal itu mau tidak mau terima tidak terima harus dijalankan oleh Gina sebagai seorang istri.     

"Istri mana yang tidak sedih mas. Aku juga sedih, tapi aku gak mau mengantar perjalanan kamu dengan kesedihan, makanya aku gak mau nangis. Kamu pergi untuk berjuang demi negara dan aku, dan hal itu adalah suatu hal yang orang lain belum tentu bisa melakukannya."     

Daffa begitu bahagia mendengar kalimat yang begitu indah keluar dari mulut istrinya itu di kecupnya dahi sang istri dengan begitu lama. "Di sini aku, akan selalu mendoakan hal yang terbaik dan luar biasa untuk kamu supaya kita bisa sama sama berkumpul lagi," lanjut Gina. Mendapatkan istri seperti Gina benar benar sesuatu yang luar biasa terbaik, rasa syukur itu terus Daffa ucapkan. "Lancar segala hal yang ada, semoga aku bisa segera membuka hati," batin Daffa.     

***     

Hari demi hari dilalui Gina dengan rasa sepi, sudah hampir satu Minggu Daffa pergi untuk bertugas dan selama itu juga Gina hanya menunggu kabar dari sang suami. Daerah yang menjadi tempat tugas Daffa begitu terpencil, sehingga sinyal untuk menelpon saja sangat sulit didapatkan.     

Sejak berada di daerah tersebut, hanya ada tiga kali Daffa memberikan kabar dengan istri nya, selebihnya sudah tidak pernah. Bukan Daffa tidak mau namun, keadaan yang membuat pria itu tidak bisa mengirimkan pesan.     

"Na … lo gak punya mie rebus apa ya? Kenapa ini isi nya mie goreng semua," ucap Sekar.     

Sudah selama satu Minggu ini, Sekar berada di rumah dinas menginap menemani Gina terkadang bukan hanya Sekar tapi juga bersama dengan Acha. Sejujurnya hal ini adalah perintah dari sang mertua, Ibu Sri tidak mau menantunya itu berada di rumah dinas seorang diri sehingga meminta kedua sahabat Gina untuk menemani dirinya.     

"Mas Daffa gak suka mie rebus kak. Makanya gue cuma stok mie goreng, kalau lo emang mau dibikin rebus aja, kasih bumbu kering," ujar Gina.     

Malam ini, mereka akan menonton film drama Korea terbaru, dan sebagai amunisi menurut Sekar, wanita itu akan memasak mie instan.     

"Atau lo mau bakso gak? Di kulkas ada bakso beku, bumbunya juga ada. Lo bisa rebus mie dan bakso nya, terus di makan sama sama enak kayaknya. Apalagi udara dingin, cuaca di luar juga sedang hujan," usul Sekar.     

"Okei. Lo mau nggak Cha?" tqnya Sekar. Acha langsung mengiyakan, wanita itu masih fokus dengan film yang sedang diputarkan. Besok mereka sedang free dalam semua kegiatannya, sehingga malam ini Gina, Sekar, dan Acha akan menghabiskan waktu mereka bersama. Dewa dan Akbar ini ikut namun, Gina menolak karena Daffa yang tidak ada di tempat membuat Gina tidak mau menimbulkan gosip gosip yang lebih banyak.     

Makanan yang dimasak oleh Sekar sudah siap, mereka bertiga langsung memakannya. Hingga ponsel Gina berdetar, mata Gina langsung melotot tajam saat melihat nama siapa yang tertera di sana. Senyum manis Gina langsung mengembang, suaminya akhirnya menelpon juga dan hal itu membuat Gina rasanya ingin berteriak malam ini juga mendapatkan hal tersebut.     

##     

Selamat malam dan terima kasih, mari mampir ke cerita aku lainnya "Hot Duda" by Ocha_Gumay24 dijamin kalian juga akan suka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.